TIMES JEMBER, YOGYAKARTA – Kalau Togog menebar informasi merupakan kabar terpercaya. Berasal dari sumbernya secara langsung.Tidak melalui tangan kedua. Atau tidak lewat saluran sumber lain yang sudah beredar dari mulut ke mulut. Seperti katanya orang ini begini. Katanya orang itu begitu. Celakanya orang yang menyebarkan berita tersebut. Sudah merasa yakin akan keasliannya. Meski bisa saja beritanya mengandung unsur hoaks.
Informasi yang disampaikan Togog dan Belong memang layak dipercaya. Pasalnya semua warga di Padepokan Karang Kadempel tahu. Togog dan Belong merupakan abdi dalem di Kerajaan Astina. Meski sebagai abdi dalem. Bukan sembarang abdi dalem. Togog dan Belong adalah abdi dalem kesayangan Duryudana. Raja Astina ini selalu menyertakan Togog dan Belong pada setiap pertemuan membahas hal-hal penting urusan kerajaan.
Sama kedudukan Togog dan Belong dengan punakawan. Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Mereka juga abdi dalem. Punakawan ini menjadi abdi dalem di kerajaan Amarta. Ketika Yudistira bersama adik-adiknya yang dikenal dengan Pandawa menggelar pertemuan agung membicarakan isu-isu strategis berkenaan dengan kebijakan kerajaan. Punakawan selalu diundang dalam agenda ini.
Pesertanya terdiri dari petinggi kerajaan Amarta. Namun punakawan merupakan pengecualian. Dari semua abdi dalem di kerajaan Amarta. Hanya punakawan yang boleh mengikuti pertemuan agung tersebut. Lantaran punakawan secara personal memiliki kedekatan dengan keluarga Pandawa. Kedekatan secara personal ditunjukkan oleh kecintaan keluarga pandawa pada punakawan.
Sesungguhnya peran punakawan di pertemuan agung sekedar melayani kebutuhan para petinggi yang sedang berdiskusi memikirkan kerajaan Amarta. Tetapi punakawan sering melewati batas apa yang menjadi tanggung jawabnya. Punakawan tidak hanya memastikan hidangan telah tersaji lengkap dan seluruh perlengkapan sudah disiapkan secara tuntas untuk menunjang kesuksesan acara.
Lebih dari itu. Punakawan menyimak setiap pembicaraan dalam pertemuan agung. Ketika ada pembicaraan yang mengarah tidak berpihak pada rakyat. Punakawan berani ambil interupsi. Diantara punakawan. Biasanya yang mengkritik secara lugas, tajam dan pedas adalah Bagong.
Meski Punakawan bukan peserta pertemuan Agung. Saat punakawan angkat bicara. Yudistira sebagai pimpinan sidang memberi waktu pada punakawan. Kesempatan terbuka bagi punakawan mengemukakan gagasannya. Kebijakan ini didasarkan pada pertimbangan, punakawan merupakan representasi dari rakyat. Punakawan hidup bersama rakyat. Mereka yang mendengarkan keluh kesah rakyat. Mengalami bersama rakyat menghadapi tantangan kehidupan. Sehingga punakawan bisa menghayati rakyat bahagia atau sedih, sejahtera atau menderita, dan nyaman atau tertekan jiwanya.
Punakawan mewakili suara hati nurani rakyat. Realitas ini yang membuat Yudistira mengakomodasi usulan punakawan. Bahkan pendapat dari punakawan acapkali menjadi acuan utama pengambilan keputusan.
Suasananya sangat kontras dengan pengalaman yang dirasakan oleh Togog dan Belong. Mereka selalu dilibatkan pada pertemuan agung di kerajaan Astina. Mereka juga ingin berperan melebihi kapasitasnya sebagai abdi dalem. Meski tidak diminta oleh Duryudana bicara. Mereka berani bicara. Memberi argumentasi alternatif. Saat tidak sependapat dengan ide yang disampaikan peserta pertemuan agung yang hampir semuanya diikuti oleh Kurawa yang tidak lain adalah adik-adik Duryudana.
Apa yang disuarakan oleh Togog dan Belong berasal dari nurani yang jujur pada realitas. Togog dan Belong yang masih memiliki nurani jujur sehingga jernih melihat keadaan. Nurani jujur membuat Togog dan Belong kritis mencermati laporan keluarga Kurawa.
Laporan keluarga Kurawa ternyata palsu. Penuh kebohongan. Dan tidak berpijak pada kenyataan. Laporan semata-semata untuk menipu. Seolah-olah kerajaan Astina sudah berhasil membuat rakyat puas atas kinera kepemimpinan Duryudana. Togog dan Belong mengerti. Bentuk laporan semu seperti ini hanya bertujuan meninabobokan Duryudana sebagai pemimpin yang mampu mensejahterakan rakyat.
Padahal menurut Togog dan Belong keadaannya justru berbanding terbalik. Terjadi ketidakpuasan luar biasa dari rakyat. Akibat dari sepak terjang keluarga kurawa dan punggawa sebagai orang-orang kepercayaan Duryudana secara brutal mengambil pundi-pundi kerajaan Astina untuk diri sendiri. Rakyat di Astina sekedar dijadikan tumbal untuk mencapai kenikmatan hidup keluarga kurawa dan punggawa.
Maka Togog dan Belong ingin membongkar kebohongan keluarga Kurawa dan punggawa di kerajaan Astina. Secara cerdas Togog dan Belong berusaha mengungkap fakta yang benar-benar sesuai dengan kondisi yang sedang dirasakan rakyat terkini. Data yang diberikan oleh Togog dan Belong sudah diupayakan melalui kajian dengan berkeliling ke berbagai wilayah kerajaan Astina. Mereka turun ke bawah. Berada di tengah-tengah rakyat. Mencari kebenaran apa yang sedang dialami oleh rakyat sesungguhnya.
Kesimpulan yang diperoleh Togog dan Belong setelah berkeliling ke daerah-daerah di bawah kendali kekuasaan kerajaan Astina adalah rakyat susah memperoleh pekerjaan, ketimpangan antara si kaya dan si miskin, serta kesempatan yang tidak setara untuk memperoleh akses bantuan. Masalah ini disebabkan oleh ketidakadilan sosial bagi rakyat Astina.
Kesimpulan lain yang didapatkan seperti jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah di kerajaan Astina rusak parah. Dampaknya adalah sayuran, buah-buhan dan kebutuhan pokok lain sudah tak layak konsumsi saat diterima ke wilayah lain. Penyebab utamanya. Jalan yang rusak membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai tujuan. Kerap terjadi karena jalan rusak. Pedati yang digunakan mengangkut sayuran, buah-buahan dan kebutuhan pokok lain terguling karena terperosok lubang menganga di jalan.
Ketika pedati terguling. Bahan-bahan harus dipindahkan pada pedati lain. Kejadian ini yang menjadi faktor penyebab menempuh perjalanan dalam waktu lama. Sehingga bahan pangan tersebut sudah membusuk setelah sampai tujuan. Terhambatnya jalur transportasi membuat roda ekonomi berputar amat pelan menjadikan jumlah angka kemiskinan di kerajaan Astina semakin bertambah besar.
Saat Togog dan Belong berkata jujur. Rupayanya termasuk minoritas. Mayoritas lain. Keluarga Kurawa dan punggawa yang dipelopori oleh Pandita Durna dan Patih Sengkuni menyodorkan data berbeda pada Duryadana. Data tampak baik.
Togog dan Belong sangat paham. Data tampak baik itu merupakan kamuflase untuk menyembunyikan kebusukan yang tengah terjadi. Modus untuk menghasilkan data abal-abal. Caranya menyewa lembaga penyelidik dengan biaya sangat mahal untuk melakukan rekayasa pencarian sumber data. Hasilnya dirancang agar sesuai dengan keinginan pemesan. Karena atas dasar suara mayoritas. Duryudana lebih percaya pada suara mayoritas. Bukan pada Togog dan Belong. Akibatnya Duryudana tidak tepat dalam mengambil keputusan pada pertemuan agung yang berbuah penderitaan rakyat.
Mampatnya saluran komunikasi berkata jujur di kerajaan Astina menggerakkan Togog dan Belong berkeinginan menyampaikan kegelisahaannya di padepokan Karang Kadempel. Bagi Togog dan Belong. Bisa menumpahkan seluruh kegelisahannya karena di rembug akbar diberi kebebasan berbicara.
Anehnya saat Togog sudah berada di podium. Dan Semar sudah membebaskan Togog berbicara apapun. Tanpa dibatasi. Mulut Togog tertutup rapat. Togog berusaha sekuat tenaga membuka mulutnya. Tetap tak bisa.
Kejadian itu membuat warga Karang Kadempel penasaran. Apa yang menjadi penyebab mulut Togog tak bisa dibuka. Sudah lama Togog berusaha membuka mulut. Tetap tak berhasil.
Namun warga Karangkadempel. Tetap setia menunggu Togog bisa membuka mulut. Sehingga bisa memetik hikmah informasi “A1” dari kerajaan Astina (12- bersambung).
***
*) Oleh: Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |