https://jember.times.co.id/
Opini

Toleransi Wujud Perdamaian Nyata

Jumat, 11 Juli 2025 - 18:55
Toleransi Wujud Perdamaian Nyata Rioga Fransistyawan, Mahasiswa Pascasarjana UIN KHAS Jember.

TIMES JEMBER, JEMBER – Indonesia memiliki berbagai macam kebudayaan dan keberagaman yang lumayan banyak. Negara yang kaya akan kebudayaan menjadi salah satu aset penting bagi kita untuk kita lesatrikan dan jaga dengan baik. Salah satunya dengan adanya berbagai agama yang masuk di Indonesia. 

Kata agama sendiri dalam Bahasa Indonesia sama dengan diin (Bahasa Arab) dalam bahasa eropa disebut religi atau religion. Menurut Bouquet mendefinisikan agama sebagai hubungan yang tetap antara diri manusia dengan yang bersifat suci dan mempunyai kekuasaan yang absolut yakni yang disebut Tuhan. 

Dalam agama memiliki aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar salah satunya menumbuhkan sikap membenci kepada sesama manusia.

Negara Indonesia yang berlandaskan Pancasila pastinya perlu adanya sikap menumbuhkan sila ke tiga yakni persatuan Indonesia. Nilai persatuan inilah yang memberikan perdamaian dan kedamaian meskipun berbeda terutama berbeda keyakinan (agama). Yang dimaksud perdamaian yaitu toleransi (sikap saling memahami). 

Toleransi dalam Islam disebut dengan Tasamuh yang artinya saling memahami, mengerti, menghargai dan tolong-menolong. Hal ini yang akan memberikan kedamaian dalam diri kita meskipun disekitar terdapat perbedaan. Seperti yang dijelaskan pakar psikologi yakni Carl Jung bahwa kedamaian itu terdapat pada diri yang fokus pada hal-hal yang positif. 

Dalam psikologi terdapat Plegmatis atau Cinta Damai yang ddikenal dengan mencintai kedamaian dan meiliki sikap tenang. Sikap ini lebih memilih menghindari konflik demi menjaga harmoni. Karenanya perlu memiliki sikap toleransi di setiap daerah agar tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan dan intoleran.

Vihara Dewi Kuan Im salah satu wujud dari sikap toleransi warga Sukabumi. Kota yang jarang disorot namun, memiliki makna yang dalam dalam kehidupan sehari-hari memberikan warna di lingkungan Vihara tersebut. 

Desa Cibutun, Kecamatan Simpenan adalah miniatur dari negara Indonesia. Berbagai macam agama namun, memiliki sikap saling menghargai dan menghormati. Tempat ibadah ini bukan sekedar rumah spiritual umat Budha tapi, juga simbol toleransi beragama. Dari umat muslim dan agama lain yang membantu, dan paguyuban semuanya berbaur berbagai warna yang menyatu.

Perdamaian juga perlu ditegakkan agar kondisi selalu harmoni. Tidak seperti pengrusakan tempat ibadah yang terjadi di salah satu wilayah Sukabumi. Harusnya sebagai masyarakat Indonesia yang identik dengan tata krama dan saling mengerti harus tolong menolong satu sama lain meskipun terdapat perbedaan sekalipun. Namun, tindakan tersebut tidak selaras dengan dasar pancasila terkhusus pada ajaran agama Islam.

Wujud Toleransi adalah Perdamaian

Toleransi adalah wujud perdamaian antar umat manusia karena di dalam toleransi mengandung makna yang sangat luas dalam hal aspek kehidupan. Saling memahami, menghormati, menghargai, tolong menolong dan menyayangi antar sesama manusia.

Perdamaian perlu kita tegakkan dan kedamaian harus ada dalam diri masing-masing. Dengan adanya dua hal tersebut maka, akan tercipta kerhamonisan yang sangat indah. Seperti di Desa Umbulsari tepatnya Kota Jember. 

Desa yang kecil, tidak tersorot oleh banyak orang namun, memiliki keindahan dan khas tersendiri. Desa ini sering disebut Desa Pancasila karena banyaknya agama yang ada di desa tersebut memberikan keindahan setiap sudut jalanan. 

Pertama, keharmonisan antar tetangga. Setiap rumah pasti beda agama, dengan perbedaan tersebut tidak ada berita atau konflik percekcokan atau pertikaian yang mempersoalkan agama atau lainnya. Semua saling memahami, saling mengerti, dan saling menghargai. 

Seperti saat hari raya idul fitri, non muslim ikut serta datang ke rumah-rumah untuk menyambung silaturrahmi dan bersalam-salaman. Keharmonisan ini terus dijaga oleh masayarakat desa Umbulsari. 

Kedua, pendidikan yang multikultural. Hal ini diterapkan oleh SD Santo Yusuf yang berada di tengah desa. Sekolah katolik yang menerima siswa dengan latar belakang agama berbeda seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Kepercayaan Sapto Dharma. 

Sekolah tersebut bukan hanya mengajarkan mata pelajaran umum melainkan lebih mengajarkan tentang arti saling memahami atau toleransi. Pastinya untuk tujuan kedamaian dan perdamaian. 

Ketiga, tempat ibadah yang berdampingan. Uniknya di desa tersebut tempat ibadah yang berdampingan seperti Masjid, Gereja dan Vihara. Hal ini yang memberikan gambaran di desa bahwa perbedaan melahirkan kedamaian dan perdamaian.

Oleh karenanya, setiap manusia dilahirkan di dunia pastinya selain mencintai Allah Swt (Hablum minallah) harus memiliki sikap mencintai sesama manusia. Perbedaan bukan berarti buruk dan sesat melainkan perbedaan adalah warna dan harmoni Negara Kesatuan Republik Indonesia. (*)

***

*) Oleh : Rioga Fransistyawan, Mahasiswa Pascasarjana UIN KHAS Jember.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jember just now

Welcome to TIMES Jember

TIMES Jember is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.