https://jember.times.co.id/
Opini

PMII dan Perubahan Sosial

Kamis, 17 April 2025 - 18:55
PMII dan Perubahan Sosial Sajad Khawarismi Maulana Musthofa, Mahasiswa Aktif UIN KHAS Jember dan Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (FOTO: PMII)

TIMES JEMBER, JEMBER – Tahun ini, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) genap berusia 65 tahun. Sebuah usia yang tidak muda lagi untuk sebuah organisasi kemahasiswaan. Di usia yang matang ini, PMII mengusung tema Harlah: “Generasi Hebat, Penggerak Perubahan.” 

Tema ini tidak hanya menjadi slogan seremonial, tapi seharusnya jadi refleksi mendalam—sudah sejauh mana PMII benar-benar hadir sebagai penggerak perubahan sosial?

Pertanyaan itu penting, apalagi di tengah kondisi bangsa yang masih berkutat dengan banyak persoalan: ketimpangan sosial, krisis identitas generasi muda, sampai absennya suara intelektual kampus dalam isu-isu rakyat. 

PMII seharusnya tidak cukup puas hanya menjadi penonton atau sekadar “ikut-ikutan” dalam arus besar tanpa arah. Sebagai organisasi kader, semestinya kita hadir sebagai pelaku utama dalam setiap denyut perubahan sosial.

Makna Generasi Hebat di Tengah Kemandekan Gerakan

PMII tahun ini genap 65 tahun. Usia yang tidak lagi muda bagi organisasi mahasiswa. Tapi seiring bertambahnya umur, pertanyaan yang muncul bukan soal berapa lama PMII hidup, tapi sejauh mana ia hidup dalam denyut perubahan sosial. 

Tema Harlah ke-65, “Generasi Hebat, Penggerak Perubahan”, sebenarnya menggugah: siapa generasi hebat itu? Dan sudahkah PMII benar-benar jadi penggerak?

Kita mulai dari hal mendasar: kaderisasi. PMII adalah rumah bagi mahasiswa yang ingin berkembang secara intelektual, spiritual, dan sosial. Tapi jujur saja, tak sedikit dari kita yang ikut PMII hanya karena ikut-ikutan teman, atau bahkan karena ingin ikut pelatihan supaya "dianggap keren". Apakah itu salah? Tidak sepenuhnya. Tapi menjadi salah kalau berhenti hanya sampai di situ.

Kaderisasi seharusnya tidak hanya berhenti di Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba) atau Pelatihan Kader Dasar (PKD) yang menjadi pintu syarat untuk masuk dalam struktur Komisariat.

Pelatihan hanyalah pintu masuk, tugas kita sebagai kader adalah mengasah kepekaan sosial, mengasah nalar kritis, dan mengasah keberanian untuk tampil dan bicara. 

Kalau tidak begitu, maka tema “penggerak perubahan” hanya akan menjadi slogan kosong. Jadi, pertanyaannya bukan hanya apakah kita sudah ikut pelatihan, tapi sudah sejauh mana kita menggunakan ilmu dan nilai yang kita pelajari untuk menjawab problem nyata masyarakat?

Kita tidak bisa mengelak bahwa banyak kader hari ini lebih akrab dengan lomba desain twibbon Harlah ketimbang isu-isu rakyat. PMII kadang terjebak dalam euforia organisasi: sibuk urus pelatihan, bikin struktur, tapi kosong dalam narasi perubahan. 

Padahal, perubahan sosial tak butuh sekadar jargon, tapi aksi nyata yang berpihak pada mereka yang tertindas. Generasi hebat bukan mereka yang cuma ramai di panggung internal, tapi yang mampu keluar, turun tangan menyelesaikan persoalan sosial. 

Entah lewat advokasi, edukasi, atau aksi nyata di tengah masyarakat. Karena itu, “hebat” di sini harus diartikan bukan dari seberapa tinggi jabatan di organisasi, tapi seberapa dalam keberpihakan sosial yang dibawa.

Perubahan Sosial Bukan Soal Bakar Ban Saja

Selama ini, perubahan sosial identik dengan demonstrasi. Betul, aksi jalanan adalah bagian dari strategi gerakan. Tapi perubahan tidak selalu hadir dalam bentuk teriakan, spanduk atau konvoi jalanan saja. Perubahan sosial juga bisa lahir dari ruang-ruang kecil yang jarang disorot: forum diskusi, media alternatif, atau pendampingan masyarakat desa.

PMII seharusnya bisa jadi penghubung antara gerakan intelektual dan gerakan massa. Tapi ironisnya, banyak kader yang kehilangan daya kritis karena terlalu sibuk dengan ritual organisasi atau persoalan jabatan yang fana. 

Mereka aktif di PMII, tapi tidak tahu menahu soal krisis iklim, konflik agraria, atau digitalisasi pendidikan. Di sisi lain, yang aktif di isu-isu sosial seringkali tak mengenal PMII atau bahkan skeptis terhadapnya.

Di sinilah pentingnya menghidupkan kembali tradisi intelektual PMII yang berpijak pada realitas. Gerakan sosial yang tak dibekali nalar kritis hanya akan jadi kerumunan yang mudah digiring. 

Sebaliknya, kritik yang tak dibarengi aksi lapangan hanya akan jadi omong kosong elit. PMII harus menyatukan keduanya: nalar dan gerakan, pemikiran dan keberpihakan.

Kembali ke Akar, Menatap Masa Depan

Sebagai organisasi berbasis Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, PMII punya fondasi nilai yang kuat. Tapi hari ini, kita justru sering kehilangan arah karena terlalu sibuk mengejar eksistensi di panggung kekuasaan. 

PMII lahir bukan untuk sekadar eksis, tapi untuk mengubah realitas. Kita harus kembali ke akar: Islam yang membebaskan, intelektual yang membangun, dan gerakan yang memihak rakyat.

Namun kembali ke akar saja tidak cukup. Kita juga harus menatap masa depan. Generasi muda hari ini hidup dalam era digital, disrupsi teknologi, dan ketidakpastian global.

Jika PMII ingin tetap relevan, maka kadernya harus siap menghadapi isu-isu baru: kecerdasan buatan, ekologi, transformasi sosial berbasis teknologi, dan sebagainya. Jangan sampai kita hanya menjadi organisasi yang besar secara nama, tapi kerdil dalam wacana dan kontribusi.

Refleksi Harlah ke-65 ini seharusnya bukan perayaan biasa. Ini adalah momen mengevaluasi arah gerak organisasi. Sudahkah kita menjadi penggerak perubahan? Ataukah kita justru tenggelam dalam rutinitas organisasi yang menjauh dari masyarakat? Kalau jawabannya belum, maka inilah waktunya kita berbenah-secara ideologis, struktural, dan kultural. (*)

***

*) Oleh : Sajad Khawarismi Maulana Musthofa, Mahasiswa Aktif UIN KHAS Jember dan Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jember just now

Welcome to TIMES Jember

TIMES Jember is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.