TIMES JEMBER, PROBOLINGGO – Sebuah berita yang beredar pada salah satu grup WhatsApp, Sabtu (5/7/2025), mengenai kebijakan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Probolinggo, menuai banyak komentar dan sorotan.
Pasalnya, pemangkasan anggaran pembinaan cabang olahraga (cabor) Kick Boxing Indonesia (KBI) Kabupaten Probolinggo hingga 50 persen dinilai tidak proporsional dan dikhawatirkan akan berdampak pada masa depan para atlet daerah.
Salah satu komentar yang sempat ramai pada grup WhatsApp mengatakan, "saya sangat mengharapkan ke depannya agar supaya anggota dewan perlu mengevaluasi anggaran yang dialokasikan untuk KONI. Hal ini penting untuk memastikan bahwa dana tersebut digunakan secara efektif dan efisien untuk kemajuan olahraga. Evaluasi ini juga dapat membantu mengidentifikasi potensi penyalahgunaan anggaran atau ketidaksesuaian penggunaan dana."
Ketua Kick Boxing Indonesia (KBI) Kabupaten Probolinggo, Ibnu Alwan, mengungkapkan bahwa pada tahun ini cabor KBI hanya mendapatkan alokasi anggaran Rp30 juta dari yang sebelumnya Rp60 juta. Bahkan dari total itu, anggaran yang cair pada tahap pertama hanya Rp20 juta, sisanya Rp10 juta baru akan dicairkan pada tahap kedua.
“Bahkan, sesuai data yang ada pada kami, untuk cabor PBFI mengalami pemangkasan hingga 63 persen, namun saat kami konfirmasi pada ketuanya, dia mengaku tidak ada pemangkasan, sebenarnya ini ada apa?” jelas Ibnu pada TIMES Indonesia, Minggu (6/7/2025).
Berdasarkan informasi yang dihimpun, cabor-cabor lain di Kabupaten Probolinggo hanya mengalami pemotongan anggaran sekitar 5 sampai 30 persen.
Contohnya, cabor Paralayang mengalami pemangkasan 10 persen, tahun sebelumnya Rp50 juta tahun ini Rp45 juta. Taekwondo 22 persen, awalnya Rp90 juta, menjadi Rp70 juta. Federasi Olahraga Petanque Indonesia atau FOPI 33 persen, dari Rp30 juta menjadi Rp20 juta, dan sebagainya.
Menurutnya, kondisi ini menimbulkan tanda tanya besar di kalangan pengurus cabor maupun masyarakat. Mengingat, KBI selama ini menjadi salah satu cabor yang konsisten menyumbangkan medali di berbagai kejuaraan.
Contohnya yang terbaru, Layla Ramadhani Yusgianti, berhasil meraih medali emas di kelas Full Contact 60 Kg pada ajang Porprov Jawa Timur 2025 di Kota Malang, Sabtu (28/6/2025).
Juga pada Kejurprov Jatim 2025 di Mojokerto, 25–27 April 2025, KBI Kabupaten Probolinggo berhasil membawa pulang 6 medali.
Emas diperoleh Raka, kategori Kicklight 42 kg Putri. Perak diperoleh Leli (Low Kick 54 kg Putri), dan Fitri (Kicklight 46 kg Putri. Perunggu diperoleh Yazid (Full Contact 51 kg Putra), Alga (Point Fighting 20 kg Putra), dan Vino (Kicklight 52 kg Putra).
"Sekali lagi, kami hanya berharap KONI bisa lebih transparan. Jika tidak, pada akhirnya, tentu ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas atlet-atlet Kabupaten Probolinggo," tutup Ibnu.
Pemangkasan anggaran yang dinilai tak wajar ini juga disorot oleh salah satu tokoh masyarakat sekaligus aktivis Kabupaten Probolinggo, Habib Mustofa Assegaf.
Ia menilai KONI perlu bersikap lebih transparan dalam menentukan besaran anggaran untuk masing-masing cabor agar tidak menimbulkan kesan pilih kasih.
“Seharusnya semua organisasi dan lembaga layak dievaluasi, jangan anti kritik. Kasus kickboxing ini contoh nyata, bahwa tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan keputusan pribadi,” tegas Habib Mustofa.
Tak berhenti di situ, Habib Mustofa juga menyoroti kejadian pada Selasa (1/7/2025). Di mana beredar sebuah video berdurasi 44 detik yang sempat viral.
Petarung Muaythai asal Dusun Wringinan, Desa Tambakrejo, Kecamatan Tongas, yang sukses membawa medali emas dalam ajang bergengsi Asian Muaythai Championship 2025 di Thai Nguyen, Vietnam, pada 20–26 Juni 2025.
Terlihat Dimas Lukito Wardhana (23), duduk di atas gerobak yang ditarik motor oleh warga di kampungnya, diarak sepanjang jalan.
"Ironi sekali, atlet Probolinggo kelas Asia yang seharusnya wajib kita banggakan. Sudah waktunya kita berbenah. Probolinggo ini bisa maju jika Probolinggo sudah bisa menghargai Probolinggo itu sendiri," lanjutnya.
Ia berpendapat, pengelolaan dana publik yang bersumber dari uang rakyat harus dilakukan secara demokratis, terbuka dan akuntabel. Ia mengingatkan bahwa masa depan para atlet sangat bergantung pada kebijakan KONI dalam mengelola anggaran pembinaan olahraga.
“Ingat, rezim ini sudah berubah. Kita harus menjunjung demokrasi, sportivitas, dan transparansi. Jangan sampai muncul tebang pilih, karena ini akan berdampak pada masa depan atlet-atlet kita,” pungkasnya.
Menanggapi hal itu, ketua KONI Kabupaten Probolinggo, Zainul Hasan angkat bicara. "Sudah tidak perlu dibahas, clear," jawabnya pada TIMES Indonesia melalui pesan WhatsApp, Minggu (6/7/2025).(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Porprov Jatim 2025 dan Ironi di Balik Kilau Medali Atlet Kabupaten Probolinggo
Pewarta | : Abdul Fatah Harowy |
Editor | : Ronny Wicaksono |