TIMES JEMBER, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump gagal 'merayu' Raja Yordania Abdullah II saat mereka mengadakan pertemuan di Washington DC, Selasa (11/2/2025). Raja Yordania Abdullah II tegas menolak terhadap rencana pemindahan jutaan warga Palestina dari Gaza.
Sebelumnya pada hari itu juga, Abdullah mengatakan kepada Trump bahwa ia bisa menerima 2.000 anak Palestina dari Gaza yang sakit parah atau menderita kanker.
Raja Abdullah II menegaskan kembali "penentangan tegas" negaranya dan kawasan terhadap rencana presiden AS yang untuk memukimkan kembali jutaan warga Palestina di Gaza keluar dari Gaza.
"Saya tegaskan bahwa komitmen utama saya adalah kepada Yordania, kepada stabilitasnya, dan kepada kesejahteraan warga Yordania," kata Raja Abdullah II pada X.
"Saya tegaskan kembali posisi teguh Yordania dalam menentang pemindahan warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Ini adalah posisi Arab yang bersatu," tambahnyam
Sebelumnya, Abdullah mengatakan kepada Trump bahwa ia bisa menerima 2.000 anak Palestina dari Gaza yang sakit parah atau menderita kanker. Namun Raja Abdullah II menegaskan pendiriannya yang sudah lama, yakni menentang pemindahan jutaan warga Palestina dari rumah mereka seperti yang dipaksakan Donald Trump.
Donald Trump mengatakan dalam pertemuan mereka hari Selasa, bahwa ia mengharapkan kemajuan terhadap rencananya itu dan ia yakin "99%" bahwa sesuatu bisa diselesaikan dengan Mesir. "Kami akan meminta bantuan beberapa pihak lain," ujar Trump.
Duduk bersama Donald Trump di Ruang Oval, Raja Abdullah II mengatakan, mereka harus memastikan rencana yang memuaskan semua pihak.
Sebuah kendala yang tidak bisa diabaikan adalah masih adanya pertanyaan tentang bagaimana masing-masing negara bisa bergerak untuk merelokasi gelombang manusia Gaza yang telah menderita kehancuran selama berbulan-bulan.
Dan yang lebih dikhawatirkan lagi, sebagian orang akan semakin merusak upaya untuk mendirikan negara Palestina. Lebih dari 1 juta warga Palestina masih kehilangan tempat tinggal, dan Raja Yordania, Abdullah II menolak untuk mengatakan apakah ia bersedia menerima pengungsi dalam jumlah yang lebih besar.
"Kita harus memperhatikan kepentingan terbaik Amerika Serikat, kepentingan rakyat di kawasan ini, khususnya kepentingan rakyat saya di Yordania," katanya.
Ketika ditanya lebih lanjut oleh wartawan tentang gagasan Donald Trump itu, Raja Yordania itu mengatakan, ia akan menahan diri untuk tidak berbicara banyak sampai Mesir memiliki kesempatan untuk mempertimbangkannya.
Pernyataannya setelah pertemuan dengan Trump memperjelas bahwa kedua belah pihak yakni Yordania dan Mesir masih jauh dari kata sepakat.
"Membangun kembali Gaza tanpa menggusur warga Palestina dan mengatasi situasi kemanusiaan yang mengerikan harus menjadi prioritas bagi semua pihak,” tulis Raja Abdullah II pada X.
"Mencapai perdamaian yang adil berdasarkan solusi dua negara adalah cara untuk memastikan stabilitas regional," ujar dia.
Jutaan Pengungsi di Yordania
Menurut Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina, saat ini sudah ada lebih dari 2 juta pengungsi Palestina di Yordania, yang menyatakan bahwa sebagian besar dari mereka memiliki kewarganegaraan.
Ratu Yordania, Rania dan keluarganya adalah pengungsi Palestina yang melarikan diri dari Kuwait.
Usulan Trump untuk membeli dan "memiliki" Jalur Gaza serta merelokasi penduduknya, telah memicu pertentangan dari mitra-mitra Arab AS dan dari para pemimpin dunia di seluruh dunia yang sebagian besar mendukung solusi dua negara.
Terbaru, Selasa (11/2/2025), Presiden Amerika Serikat, Donald Trump juga gagal "merayu" Raja Yordania, Abdullah II untuk bersedia menerima jutaan warga Gaza direlokasi ke wilayah Yordania, saat mereka bertemu di Washington DC.
Raja Abdullah II berada di Gedung Putih pada hari Selasa ketika Presiden AS Donald Trump menggandakan tuntutannya agar Yordania secara permanen menerima warga Palestina dan mendukung Amerika Serikat untuk mengambil alih Gaza.
"Anda akan melihat beberapa kemajuan besar," kata Trump kepada raja Yordania di hadapan wartawan di Ruang Oval sebelum mereka mengadakan pertemuan resmi. "Semuanya akan terjadi. Ini bukan hal yang rumit untuk dilakukan," sergahnya.
"Anda akan merasakan stabilitas di Timur Tengah untuk pertama kalinya. Dan warga Palestina, atau orang-orang yang sekarang tinggal di Gaza, akan hidup dengan indah di lokasi lain. Mereka akan hidup dengan aman," tambah Donald Trump.
Saat didesak oleh seorang wartawan, Trump mengatakan bahwa warga Palestina akan tinggal “di tempat yang pada akhirnya kami pilih sebagai sebuah kelompok,” yang bisa jadi “sebidang tanah di Yordania ... sebidang tanah di Mesir,” dan tempat lainnya.
Raja Abdullah dan Presiden Mesir Abdel-Fattah el-Sissi telah menolak gagasan Trump untuk merelokasi secara paksa sekitar 1,9 juta warga Palestina dari Gaza itu ke negara tetangga Yordania dan Mesir sehingga AS bisa mengambil alih dan “memiliki” wilayah tersebut.
Raja Abdullah pun menolak undangan Trump untuk menyampaikan tawaran balasannya kepada wartawan.
"Saya kira kita harus ingat bahwa ada rencana dari Mesir dan negara-negara Arab. Kami diundang oleh (Putra Mahkota Saudi) Mohammed bin Salman untuk berdiskusi di Riyadh," kata Abdullah, seraya menekankan perlunya menemukan solusi yang saling menguntungkan.
"Kami akan mengadakan beberapa diskusi menarik hari ini," kata Raja Yordania, Abdullah II seraya menambahkan bahwa Yordania segera siap menerima 2.000 anak yang menderita kanker dan penyakit lainnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Donald Trump Gagal Merayu Raja Yordania soal Relokasi Warga Gaza
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |