TIMES JEMBER, MALANG – Majelis Al-Khidmah, yang didirikan oleh Hadratussyaikh Kiai Haji Ahmad Asrori Al Ishaqy pada 25 Desember 2005, bertujuan mengajak jamaah untuk memperbanyak dzikir dalam suasana yang nyaman dan penuh kehangatan.
Kiai Ahmad Asrori menyadari bahwa jamaah membutuhkan lebih dari sekadar ajakan untuk beribadah, menurutnya para jamaah perlu sapaan hangat dan dihargai dalam suasana kekeluargaan.
Kiai Ahmad Asrori selalu menekankan pentingnya dalam menciptakan rasa kebersamaan, di mana jamaah diperlakukan seperti keluarga tanpa memandang usia dan status sosial.
Profil Kiai Haji Ahmad Asrori Al Ishaqy
Kiai yang menjadi panutan spritual jamaah Al-khidmah itu dibesarkan dari pasangan keluarga yang taat, Kiai Haji Muhammad Utsman Al Ishaqy dan Nyai Haji Siti Qomariyah.
Kiai Ahmad Asrori, lahir di Surabaya tanggal 17 Agustus 1951. Beliau adalah putra keempat dari sepuluh bersaudara yang kesemuanya ahli ilmu dan taat pada ajaran agama. Dari sinilah cikal bakal penurus perjuangan Kiai Haji Muhammad Utsman Al Ishaqy tumbuh menjadi sosok ulama karismatik di Jawa Timur.
Pendidikan Spiritual Kiai Haji Ahmad Asrori Al Ishaqy
Dalam hal pendidikan spiritual, Kiai Ahmad Asrori memiliki pendekatan yang menyatu. Beliau mengajarkan para jamaah berdzikir dengan penuh khidmat, pula dengan menghadirkan rasa cinta. "Witing trisno jalaran soko kulino" atau "cinta tumbuh karena terbiasa." Inilah yang menjadi landasan utama dzikir dalam Majelis Al-Khidmah.
Selain itu, Kiai Ahmad Asrori juga mendorong agar para jamaah hadir secara rutin dan terlibat dalam setiap kegiatan dzikir dimana pun dan kapanpun. Seiring dengan perjalanan waktu, beliau meyakini kebiasaan untuk berdzikir akan membuat hidup merasakan kedamaian dan menuai kenikmatan spiritual yang mendalam.
Tak cukup itu saja, sosok Kiai Ahmad Asrori yang penuh dengan tauladan memberikan contoh bagaimana melayani para tamu dengan penuh penghormatan. Menurut beliau, dengan sikap ramah dan hormat siapapun dari jamaah akan merasa dihargai.
"Ketika rasa cinta itu telah tumbuh, jamaah akan siap berkorban untuk majelis yang mereka cintai," kata Kiai Haji Ahmad Asrori pendiri Majlis Al-khidmah.
Hadirkan Cinta dalam Dzikir
Menurut Kiai Asrori, tanpa cinta, ibadah bisa terasa melelahkan, dan dzikir hanya menjadi rutinitas belaka.
"Ketika jamaah sudah mencintai majelis dzikir ini akan menjadi kebutuhan spiritual yang dirindukan," tuturnya.
Lebih lanjut, Kiai Ahmad Asrori menekankan agar para jamaah hendaknya rutin hadir dalam majelis dzikir.
"Jamaah bagaikan benda yang terus-menerus disiram air bersih, yang lama kelamaan akan menghilangkan segala kotoran yang melekat pada dirinya," ungkapnya.
Kesesuaian Kisah Kiai Haji Ahmad Asrori dengan Rasulullah dalam Berdakwah
Ajaran Kiai Asrori ini sejalan dengan kisah sahabat Rasulullah, Handzolah, yang merasa dirinya munafik karena hanya merasakan kedekatan dengan Allah saat bersama Rasulullah, namun hilang ketika berada di tengah keluarga. Rasulullah menasihati Handzolah untuk terus hadir dalam majelis dzikir.
Kiai Asrori percaya bahwa jamaah yang terus-menerus hadir dalam majelis dzikir akan mengalami perubahan spiritual yang mendalam.
Secara keseluruhan, ajaran Kiai Asrori dalam Majelis Al-Khidmah tidak hanya tentang memperbanyak dzikir, tetapi juga tentang menciptakan rasa cinta dan kebersamaan di antara para jamaah.
Dengan cinta, ibadah menjadi ringan, dan dzikir bukan lagi sekadar rutinitas, melainkan kebutuhan spiritual yang mendalam.
Majelis Al-Khidmah berhasil mengajak jamaahnya untuk berdzikir dengan penuh cinta, dalam suasana yang menyatukan hati dan jiwa.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |